Senin, 06 Mei 2013

Resonansi Jiwa "Jessica"

Pada suatu malam, Budi seorang eksekutif sukses sepeti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang ia bawa pulang ke rumah. Karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham.
Ketika sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut. Putrinya Jessica datang mendekati. Berdiri tepat disampingnya sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang sangat menarik perhatian Jessica.
“Pa, lihat, Jessi punya buku baru baagus dech.”
Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya sambil menurunkan kacamatanya. Kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa basi
“Wah bagus ya jess
Iya papa.
Jessica merasa senang karena ada tanggapan dari ayahnya.
Bacain jessi dong pa, pinta jessi dengan lembut
“Wah Papa sedang sibuk  sekali nih! jangan sekarang dech,” sanggah Budi dengan cepat.
Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakan di depannya. Jessica diam tapi ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu ayahnya.
“Pa, Mama bilang papa mau baca untuk Jessi,”
“Lain kali Jessica! Sana! papa lagi banyak kerjaan nich.”
Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi. Menit demi menit berlalu. Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu. Berdiri di tempatnya penuh harap. Dan tiba-tiba ia memulai percakapan lagi
“Pa gambarnya bagus-bagus deh, papa pasti suka.”
“Jessicaa!!! Papa bilang lain kali.”
Budi membentaknya dengan keras. Kali ini budi berhasil membuat Jessica mundur. Matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya.
“Iya Pa, lain kali aja ya pa,”
Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tagan ayahnya. Ia menaruh buku cerita di pangkuan sang ayah.
“Pa, kalau Papa ada waktu Papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa dengar.”
Hari demi hari telah berlalu. Tanpa terasa Dua pekan berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah dipenuhi. Buku cerita peri kecil belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore, terdengar suara hentakan keras. Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang di depan rumah Budi.
Tubuh Jessica mungil terlempar beberapa meter. Dalam keadaan yang begitu panik. Ambulance didatangkan secepatnya. Selama perjalanan menuju rumah sakit. Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih.
“Papa, Mama, Jessi takut Pa. Jessi sayang papa dan mama. “
Darah segar terus ke luar dari mulutnya. Hingga ia tak tertolong lagi ketika sesampainya di Rumah Sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncang hati nurani Budi. Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak ia penuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan Budi. Tangan kecil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita. Kini sentuhan itu pun terasa sangat berarti sekali.
Sore itu setelah segalanya berlalu. Yang tersisa hanyalah keheningan dan kesunyian hati. Canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi. Budi mulai membuka buku cerita peri kecil yang diambilnya perlahan dari onggokan main Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi. Sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jesica kecil.
Budi menguatkan hati dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras. Tampak sekali ia berusaha untuk membacanya dengan keras. Ia terus membacanya dengan keras-keras. Halaman demi halaman dengan berlinang air mata.
“Jessi, dengar, papa baca buatmu nak.”
Selang beberapa kata hatinya memohon lagi.
“Jessi papa mohon ampun Nak. Papa sayang sama Jessi
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya.
Tak kuasa menahan sakit. Budi bersujud dan menangis. Memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kesempatan lagi untuk belajar mencintai.

Tidak ada komentar: