Kamis, 09 Mei 2013

Baju-Baju Yang Menipu (Kisah Lahirnya Stanford University)

Suatu siang yang panas, seorang wanita yang mengenakan baju pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University. Dengan maksud ingin bertemu pimpinan Harvard University.
Ketika sampai disana, sang sekretaris dari Universitas itu langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu dengan Pimpinan Harvard, bisakah..?”, kata pria tua itu dengan lembut. Dan sang sekretaris itupun menjawab dengan cepat “Maaf Pak, Beliau sangat sibuk hari ini,”
Dan istri pria tua itupun menyahut “Oh, ya kalau begitu Kami akan menunggunya,” 
"Silahkan.." jawab sekretaris yang cantik itu.
Dan selama 4 jam sekretaris itupun mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa
pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat untuk menunggu dan pergi. Tapi kenyataannya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk
melaporkan kepada sang pemimpinnya.
“Maaf Pak, mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka pasti akan pergi,” katanya sang sekretaris pada Pimpinan Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang yang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.
Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.
Melihat orang yang ditunggu-tunggunya sudah muncul wanita tua dan pria tua yang tampak letih itupun berkata dengan mata berbinar kepada pimpinan Harvard, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia kuliah di sini. Tapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Jadi maksud kami kesini Tuan adalah untuk mendirikan sesuatu untuk tanda memperingati anak kami yang meninggal, adakah tempat di kampus ini?”  permintaan orang tua tersebut.
Tapi sepertinya Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh sedikitpun, bahkan wajahnya  menjadi merah dan dia tampak terkejut dan berkata kasar kepada orang tua tadi.
“Maaf Nyonya, kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang Harvard yang meninggal dunia, kalau kita lakukan itu tempat ini sudah akan seperti pemakaman.”
Mendengar hal itu, wanitu tua itupun menjelaskannya dengan cepat “Oh, bukan itu makudnya Bapak kepala,Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami hanya ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang Pemimpin Harvard mulai berpikir, dia manatap sekilas pada baju pudar serta pakaian usang yang mereka kenakan dan kemudian menjawab “Sebuah gedung?! hehehehe, Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung disini ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk membangunan fisik gedung ini saja.” teriak sang pimpinan Harvard.
Untuk beberapa saat sang wanita tua itupun terdiam dan Pemimpin Harvard itupun senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.
Beberapa saat, wanita tua itu menoleh kepada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminyapun mengangguk. Sedangkan wajah sang Pemimpin Harvard University sudah mulai tampak kebingungan.
Akhirnya Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, dan di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS saat ini.
Classy People, seperti pimpinan Harvard tadi, kita terlalu sering silau oleh penampilan, padahal baju hanyalah sebuah bungkusan sedangkan apa yang disembunyikannya kadang sangat tak ternilai. Jadi janganlah terlalu abai karena baju seringkali menipu kita. Baju hanyalah kulit kedua yang membungkus jasad dan hati kita.

Tidak ada komentar: