Rabu, 15 Mei 2013

Cermin Kebenaran

Begitulah susunan kejadiannya. Diawal hanya ada Allah sendiri. Lalu Ia menciptakan arsy-NYA diatas air. Setelah itu Ia menciptakan pena. Kemudian dengan pena itulah Ia menitahkan
penulisan semua makhluk yang akan Ia ciptakan dialam raya ini:
langit, bumi, malaikat, manusia, jin hingga surga dan neraka.

Dengan pena itu juga Ia menitahkan penulisan semua kejadian dengan urutan-urutan dan kaitan-kaitannya pada dimensi ruang dan waktu yg akan
dialami makhluk-makhluk-NYA.

Tampaknya dengan sengaja Ibnu Katsir mengawali bahasan sejarahnya dalam AWAL dan AKHIR dengan cerita tadi. Tiba-tiba saja sejarah terbentang sebagai sebuah cerita penciptaan tanpa henti. Dari Allah awalnya, dan kelak kesana akhirnya. Tapi jika Allah tdk mendapatkan manfaat dari ciptaan-ciptaan-NYA, maka tdk ada yg dapat menjelaskan motif dibalik cerita kehidupan itu kecuali hanya satu kata: CINTA....!

"Maka", kata Ibnul Qoyyim dalam TAMAN PARA PECINTA, "semua
gerak di alam raya ini, dilangit dan bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta." Dengan dan untuk itulah alam ini bergerak.
Kehendak dan cintalah alasan pergerakan dan perhentiannya.

Bahkan dengan dan untuk kehendak dan cinta jugalah alam ini diciptakan. Maka tak satupun
makhluk dialam ini yang bergerak kecuali bahwa kehendak dan
cintalah motif dan tujuannya.

Sesungguhnya hakikat cinta adalah gerak jiwa sang pencinta
kepada yg dicintainya. Maka cinta adalah gerak tanpa henti. Dan inilah makna kebenaran ketika
Allah mengatakan: "DAN TIADA KAMI MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI SERTA SEMUA YANG ADA
DIANTARANYA KECUALI KEBENARAN." (QS. Al-Hijr:85)

Jadi cinta adalah makna kebenaran dalam penciptaan. Cinta tidak tumbuh dalam hati yang dipenuhi keangkuhan, angkara murka dan dendam. Cinta melahirkan pengakuan dan
kerendahan hati.

Cinta adalah cahaya yang memberikan kekuatan penglihatan pada mata hati kita.
Begitulah cinta akhirnya membimbing tangan Abu Bakar, Al Najasyi, atau Cat Steven kepada
Islam. Begitu juga akhirnya keangkuhan menyesatkan Abu
Jahal, Heraklius, atau Saddam Husein.

Cinta dalam jiwa, serupa penglihatan pada mata.
Pengetahuan bahkan bisa menyesatkan kalau ia tdk dibimbing oleh kelembutan tangan cinta. Itu kebutaan, kata Enstein. Sebab ia tidak melahirkan
pengakuan dan kerendahan hati.
Itu juga menjelaskan mengapa ilmu pengetahuan moderen justru
menjauhkan Barat dari Tuhan.
Disana cinta tidak membimbing pengetahuan.

Maka dengan penuh keyakinan kita katakan bersama-sama

Pengetahauan bersemayam dalam pikiran
Tempat cinta ialah hati yang sadar-jaga
Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta
Adakah itu hanya permainan sulap si Simiri
Pengetahuan tanpa Ruh Kudus hanya penyihiran.

Tidak ada komentar: