Sabtu, 18 Mei 2013

Saran Kepada PKS Untuk Menjelaskan Status Ahmad Fathanah

 1) Kader-kader PKS sebaiknya bertindak aktif menjelaskan kepada publik bahwa ahmad fathanah alias ahmad olong itu BUKAN kader PKS. Ini PENTING.

2) Penjelasan bahwa ahmad fathanah alias ahmad olong itu hanya teman baik presiden PKS dan bukan kader PKS itu dapat meluruskan persepsi publik.

3) Sangat tidak adil, jika perilaku ahmad fathanah kemudian dianggap sebagai perilaku kader PKS. Ini sangat merugikan PKS, dan zalim.

4) Meskipun saya bukan kader PKS, namun opini yang terbangun atau sengaja dibangun media-media tertentu terhadap Ahmad Fathanah ini sudah merugikan PKS. Saya juga risau.

5) Bagaimanapun juga, PKS sebagai partai adalah asset bangsa, juga partai-partai lainnya. Indentitas keislaman yang melekat pada PKS memiliki tanggung jawab yang lebih.

6) Saya bukan ahli agama, namun saya punya keyakinan, ketika diri kita dizalimi, maka saya wajib untuk melawan kezaliman itu. Bagaimana dengan PKS?

7) Bagi orang bersih dan tidak korup, KPK itu tidak perlu ditakuti sebiji atom pun. Yang kita takuti hanyalah KPK yang korup karena kewenanganya yang besar.

KPK dengan kewenangannya yang besar MENGHARUSKAN kita untku kritisi, awasi, koreksi. Karena kewenangan itu pasti korup.

Cintaku Seperti Ilmu Tajwid

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah...

hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada...

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar,
jelas dan terang...

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta...

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain.­..
melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil...Pali­ng panjang di antara yang lainnya...

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro.. terpantul-pantu­l dengan keras...

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu..

Sayangku padamu seperti mad thobi'I dalam quran... Buanyaaakkk beneerrrrr....

semoga dalam hubungan., kita ini kayak idgham bilaghunnah ya,cuma berdua, lam dan ro' ..

Layaknya waqaf mu'annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. dia atau aku?

Meski perhatianku ga terlihat kaya alif lam syamsiah,
cintaku pdmu spt alif lam Qomariah, terbaca jelas...

kau & aku spt Idghom Mutaqooribain..­perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya...

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim,terhenti sempurna diakhir hayat...

Sama halnya dgn Mad 'aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti,sepert­i itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya huruf Tafkhim, Namamu pun bercetak tebal di fikiranku

Seperti Hukum Imalah yg dikhususkan untuk Ro' saja, begitu juga aku yang hanya utkmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun ...... 

Jumat, 17 Mei 2013

Kelak Datang Saat Itu

hingga lonceng kapel berdengung teriak
jam pada dinding tak henti berdetak
pagi datang angkat kepala aku tegak 

Kudapati tertidur dirimu lelap
dalam mimpi yang kini tak senyap
karena malam tak lagi gelap
disampingku kau terpejam lelap

Lalu aku bilang...
sudah pagi sayang
mari bangun dan sembahyang
kitakan melangkah menyusur siang

Indah matamu mengerjap merekah
hadirkan senyum pada bibir merah
kau bilang dalam desah
hidup pada kita hanya indah

Ku tau saat itu pasti datang
entah kapan, kelak atau besok

Rabu, 15 Mei 2013

Debat Profesor dan Mahasiswa

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.

“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.

“Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.

“Tentu saja,” jawab si Profesor,
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam.


Siapa Mahasiswa yang bertanya bertubi-tubi dengan argumennya hingga membuat sang professor  bimbang memberikan jawabannya ?
Yaa,…..siapa lagi kalau bukan …… Albert Einstein.

Perdebatan Abu Hanifah dengan Ad Dahri

Baghdad, ibu kota Irak, ibu kota pemerintahan khalifah Abbassiyyah, dan termasuk ibu kota Islam yang bersejarah. Pusat ilmu pengetahuan dan seni, tempatnya para ulama dan ahli syair, kota berkumpulnya ahli sastra dan cendikia.

Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur, ilmu pengetahuan dan kesenian berkembang pesat, marak dengan perdebatan dan diskusi ilmiah. Tetapi sayang di masa itulah tumbuh dan tersebar aliran-aliran sesat. Penyebaran aliran-aliran tersebut sungguh mengancam kokohnya Islam.

Diantaranya adalah suatu aliran yang bernama Ad-Dahriyyah, mereka adalah suatu kelompok yang mengingkari keberadaan Sang Pencipta alam semesta, mereka berpendapat bahwa masa itu adalah qodim (dahulu dan kekal), juga tidak beriman kepada hari kebangkitan dan berpendapat bahwa hari kebangkitan hanyalah dongeng belaka. Menurut mereka yang mematikan kita tidak lain hanyalah berlalunya masa (Ad-Dahr), karena itulah mereka disebut dengan Ad-Dahriyyah.

Dikisahkan bahwa seorang tokoh aliran Ad-Dahriyyah berkunjung ke Baghdad pada masa Syaikh Hammad RA, guru Imam Abu Hanifah. Kedatangannya sungguh membuat resah, ia mengajak ulama-ulama setempat berdebat tentang 
keberadaan Allah Ta’ala dan tempatNya. Dengan kepiawaian retorikannya, ia mengalahkan ulama-ulama Baghdad, hingga hampir tidak tersisa lagi ulama Baghdad, semuanya telah ia patahkan argumen-argumennya.

Suatu hari Ad-Dahri berdiri di atas mimbar seraya berseru:
“Apakah masih tersisa ulama kalian?”tanyanya congkak.
“Ya…, masih ada guru kita, Syaikh Hammad” Sorak rakyat Baghdad.
Kemudian Ad-Dahri menoleh ke arah khalifah dan berkata, “Wahai Paduka yang mulia, hadirkanlah Syaikh Hammad untuk berdebat denganku!” Kemudian sang Khalifah

mengirim utusan mengundang Syaikh Hammad RA. Setelah disampaikan, beliau menjawab, “Beri aku waktu semalam!”
Pada pagi harinya, Abu Hanifah RA yang ketika itu masih kanak-kanak, seperti biasa datang ke rumah sang guru untuk belajar. Setelah diizinkan masuk, Abu Hanifah penasaran melihat gurunya tampak bingung dan bimbang, seperti ada masalah besar. Abu Hanifah pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya:“Wahai tuan guru, anda tampak bingung, apa yang sedang terjadi?”
“Bagaimana aku tidak bingung, sang Khalifah telah mengundangku untuk berdebat dengan tokoh Ad-Dahri, dan dia telah mengalahkan semua ulama Baghdad. Aku mengkhawatirkan hancurnya Islam, manakala aku tidak bisa mengalahkannya. Dan juga tadi malam, aku bermimpi sangat aneh!” jawab Syaikh Hammad RA.“Apa yang anda lihat dalam mimpi, wahai tuan guru?” tanya Abu Hanifah RA dengan nada penasaran.

Syaikh Hammad RA menarik napas dalam-dalam, lalu mulai berkata, “Tadi malam aku melihat sebuah istana yang luas dan indah, di dalamnya terdapat sebuah pohon yang rindang berbuah. Tiba-tiba seekor babi muncul dari bawah tiang istana, lalu memanjat pohon tersebut dan memakan buah-buahannya, daun-daun, dan ranting-rantingnya hingga hanya tersisa batangnya saja. Setelah itu tiba-tiba dari pangkal batang pohon tersebut, keluar seekor singa lalu menerkam dan membunuh babi itu.”
“Wahai tuan guru, Allah Ta’ala telah mengaruniai saya dengan ilmu ta’bir mimpi, menurut hemat saya mimpi ini adalah pertanda baik bagi kita dan pertanda buruk bagi musuh kita.” Sahut Abu Hanifah RA.

“Jika tuan guru berkenan, saya akan menjelasakan tafsir mimpi itu!” tambahnya.
“Ya, terangkanlah!” jawab Syaikh Hammad RA.
Lalu Abu Hanifah RA mulai menjelaskannya:
“Istana yang luas dan indah itu adalah negeri Islam, sedangkan pohon berbuah itu adalah para ‘ulama, dan batang yang masih tersisa adalah tuan guru, babi itu adalah Ad-Dahri, sedangkan singa yang membunuhnya adalah saya. Ajaklah saya bersama tuan guru, semoga dengan keberkahan cita-cita dan kemulian tuan guru, Insya Allah saya akan berdebat dengan Ad-Dahri dan mengalahkannya.” Seru Abu Hanifah RA dengan semangat menyala-nyala.

Syaikh Hammad RA sangat gembira mendengarnya, lalu keduanya beranjak dari tempatnya untuk berangkat saat itu juga ke masjid Jami’ Baghdad. Sang Khalifah pun ikut hadir untuk menyaksikan perdebatan yang pasti akan seru itu, demikian juga penduduk kota Baghdad tidak ingin ketinggalan menyaksikannya, mereka berkumpul di masjid Jami’ sambil menunggu kedatangan beliau.

Akhirnya datanglah Syaikh Hammad bersama muridnya Abu Hanifah, lalu mereka mengambil tempat duduk. Abu Hanifah berdiri di atas sepatunya yang ia tutupi dengan alas tidurnya supaya terlihat agak tinggi, sambil membawakan sandal gurunya.
Lalu datanglah Ad-Dahri, ia berjalan dengan angkuh, kemudian ia naik ke atas mimbar dan berkata: “Siapa yang bisa menjawab pertanyaanku? Ayo siapa? Ha..ha..ha…….”

“Omongan macam apa ini? Tanya saja, jangan banyak bicara, orang yang tahu nanti juga akan menjawab pertanyaanmu!” sahut Abu Hanifah RA.

Ad-Dahri pun angkat bicara, “Wahai bocah ingusan, siapa kamu ini? Berani-beraninya berkata lancang di hadapanku, berapa banyak para sesepuh-sesepuh ulama, ahli ilmu yang bersorban besar, berpakaian mewah, berlengan lebar, mereka semua telah berdebat denganku tapi akhirnya mereka takluk dan tidak sanggup menjawab pertanyaanku. Lalu bagaimana dengan engkau, engkau mau berdebat denganku, padahal engkau masih ingusan dan Bocah?”

“Allah Ta’ala tidaklah meletakkan kemulian dan keluhuran pada sorban-sorban besar, baju mewah, lengan baju yang lebar, tetapi Dia meletakkannya bagi para ‘ulama. ” Bantah Abu Hanifah.

“Apakah engkau yang akan menjawab pertanyaanku, wahai bocah?” tanya Ad-Dahri dengan nada meremehkan.

“Ya, aku akan menjawabnya dengan pertolongan Allah Ta’ala. ” Jawab Abu Hanifah.
Setelah itu Ad-Dahri bertanya, “Apakah Allah itu ada?”

Abu Hanifah: “Ya ada.”

Ad-Dahri: “Dimana Dia?”

Abu Hanifah : “Tidak ada tempat tertentu bagiNya, hanya Dialah Yang Maha Tahu.”

Ad-Dahri: “Bagaimana mungkin Dia ada, tetapi tidak bertempat tinggal?”

Abu Hanifah : “Jawaban pertanyaanmu ini ada di badanmu sendiri.”

Ad-Dahri: “Apa itu….tunjukkan padaku!”

Abu Hanifah : “Apakah di dalam tubuhmu ada ruhnya?”

Ad-Dahri: “Ya…ya tentu ada.”

Abu Hanifah : “Dimanakah ruhmu? Apakah di kepalamu? Atau di perutmu? ataukah di kakimu?”

Ad-Dahri: ???!!!!! (kebingungan)
Kemudian Abu Hanifah minta diambilkan segelas susu, ia memegang segelas susu itu lalu bertanya kepada Ad-Dahri: “Apakah di dalam susu ini ada lemaknya?”

Ad-Dahri: “Ya, jelas ada.”

Abu Hanifah : “Dimana letaknya, di bagian atas atau di bawahnya?”

Ad-Dahri: ???!!!! (kebingungan)

Abu Hanifah : “Sebagaimana tidak diketahui tempatnya ruh pada badan, juga tempatnya lemak pada susu, demikian juga tidak diketahui tempatnya Allah Ta’ala di alam semesta ini, hanya Dialah Yang Maha Tahu.”
Ad-Dahri: “Baiklah, masih ada lagi. Apa yang ada sebelum Allah dan apa yang ada setelah Allah?”

Abu Hanifah : “Tidak ada sesuatupun sebelumNya dan tidak ada pula sesudahNya, Dialah Yang Maha Awal dan Akhir!”

Ad-Dahri: “Bagaimana bisa dibayangkan, Dia ada tetapi tidak ada yang mengawaliNya dan tidak ada yang mengakhiriNya?”
Abu Hanifah : “Jawabannya juga ada di badanmu sendiri.”

Ad-Dahri: “Hah…, apa itu?”

Abu Hanifah : “Coba tunjukkan telapak tanganmu!” Ad-Dahri pun menunjukkan telapak tangannya dengan penasaran.

Abu Hanifah : “Katakan! Apa sebelum ibu jarimu dan apa setelah jari kelingkingmu?”

Ad-Dahri: “Tidak ada apapun sebelum ibu jariku dan tidak ada apapun setelah jari kelingkingku.”

Abu Hanifah “Demikian juga Allah Ta’ala, tidak ada apapun sebelumNya, dan tidak ada apapun setelahNya.”

Ad-Dahri: “Jangan bangga dulu hai bocah, masih ada satu pertanyaan lagi dan kamu pasti tidak bisa menjawabnya.” Abu Hanifah : “Insya Allah, saya akan menjawabnya.”
Ad-Dahri: “Apa yang dilakukan oleh Allah sekarang ini?”

Abu Hanifah : ……. (diam sejenak)

Ad-Dahri: “Ha….ha…, kenapa diam? Tentu kamu bingung ya!”

Abu Hanifah : “Sebentar, anda ini tidak sopan! Seharusnya orang yang menjawab berada di atas mimbar, dan yang bertanya di bawahnya. Turunlah! Saya akan menjawab pertanyaa jika anda turun!”

Akhirnya Ad-Dahri pun turun dari mimbar, setelah itu Abu Hanifah RA naik ke atas mimbar. Ketika ia duduk, Ad-Dahri kembali bertanya: “Ayo sekarang jawab pertanyaanku!” desaknya.

Abu Hanifah “Yang dilakukan oleh Allah Ta’ala sekarang adalah menurunkan ahli batil seperti kamu, dari atas ke bawah dan menaikkan ahli haq (saya) dari bawah ke atas”

Penduduk Baghdad: “Allahu Akbar….Allahu Akbar…!”

PROSES ! PROSES ! PROSES !



KEMATANGAN JIWA TIDAK AKAN HADIR BEGITU SAJA. MELAINKAN HASIL TEMPPAN HIDUP DAN KESADARAN TERHADAP KEBESARAN ALLAH.

Seorang ustadz pernah menyindir. Katanya, zaman sekarang perempuan lebih lekas matang ketimbang laki-laki. Di antara kedewasaan sikap hidup, ketika seseorang menyiapkan mental untuk memikul tanggung jawab. Dan, lagi-lagi katanya, kaum hawa mempunyai pandangan hidup jauh ke depan. Lebih dari itu, mereka berani merintisnya.

Benarkah demikian ? Entahlah ! Saya belum meneliti secara pasti kecuali berkaca dari realita yang terhampar. Entah mengapa pula saya berada pada lingkungan yang mendukung komentar di atas.

Walaupun masih di bangku awal kuliah, banyak perempuan yang sudah berkiprah menyingsingkan lengan baju. Mereka dengan riang gembira menjadi sales, menjahit, penjual buku/majalah, rental komputer, kios baju muslimah, pedang kaki lima, loper koran dan sebagainya. Pokoknya tidak ada istilah pilih-pilih profesi. Apapun ladang amal digarap dengan suka cita, asalkan halal.

Sulit mengharapkan kebanjiran uang dari usaha demikian, apalagi bagi para pemula. Tiap hari mereka hanya mengumpulkan sen demi sen. Bahkan diantaranya mengaku tidak selalu menjadikan uang sebagai tujuan.
"Belajar memaknai hidup," ujar mereka lugas.

Kendati belum mendatangkan kelegaan materi, ada suatu hal yang menimbulkan rasa iri. Mereka selalu bisa menikmati apapun yang terjadi. Berulang kali jatuh bangun, gagal ataupun diganjal namun langkah berdikari tiada pernah jeri.
Allahuakbar !

Kenapa mereka bisa selalu nampak bahagia dengan profesinya ? Sebab mereka paham bahwa kehidupan merupakan ladang jihad. Allah tidak pernah memaksa hamba selalu berhasil, tetapi berusaha sekuat tenaga merupakan kewajiban.

Sejak pagi-pagi buta nafas perjuangannya sudah berdetak keras. Kemudian pada siang hari -dari wajah yang berminyak terbakar matahari- terpancar kebahagiaan melimpah ruah. Tetes peluh hari itu menjadi saksi bisu bahwa mereka hamba Allah yang selalu produktif. Sekaligus bukti sebagai umat Muhammad saw. yang teguh mengamalkan: "Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau akan hidup selamanya. Dan, berusahalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari."

Perjuangan penuh keikhlasan melahirkan pemahaman tentang hakikat diri, juga menciptakan urgensi manajemen waktu yang sempurna. Srikandi-srikandi muda itu tetap mahasiswi dengan indeks prestasi (IP) bagus, aktivis dakwah yang jam terbangnya padat, serta tekun membina masyarakat. Setiap detik tidak boleh lewat begitu saja tanpa kegiatan yang bernilai pahala.

Di sela seabrek-abrek kegiatan, mereka belajar mencari maisyah. Sejak dini menanamkan pada diri pantang bergantung kepada manusia, termasuk kelak dengan suami. Cukup bertawakal kepada Allah dengan gigih mencari nikmat rezeki. Subhanallah !

Ketika fenomena ini dibandingkan kepada laki-laki (ikhwan), betapa rasa miris mengiris-iris. Masah ada di antaranya yang membuang waktu sia-sia, padahal mereka kelak pemikul tanggung jawab. Ada yang tidur-tiduran saat matahari pagi bercahaya. Sebahagian lagi mengisi waktu dengan ngerumpi, atau malahan bengong seperti ayam kena tabok.

Ketika didorong untuk berdikari, mereka punya alasan pamungkas. "Ah, ayah bunda hanya menyuruh kuliah, biaya tak usah dipikir. Toh, kiriman per bulan lancar dan lebih dari cukup."

Ada juga yang ingin mencoba, tetapi kesadaran itu beriringan dengan sejumlah persyaratan, "Pekerjaan yang didalam ruangan, tidak menguras tenaga, dan gajinya lumayan." Iiih belagu !

Itu belum seberapa. Ada pula yang dengan gagah berkata (semoga hanya canda), "Saya akan banyak-banyak berdo'a kelak dapat istri cantik, warisan berlipat ganda, mertua kaya, mati masuk surga." Nah, lho !

Entah mengapa bisa bertemu yang tipe begini ?
Jangankan kelak memikul amanah, menyelamatkan diri sendiri saja akan kelimpungan. Semoga Allah membukakan kesadaran serta pintu rezeki buat mereka.
Amin !

Sebenarnya tidak penting berapa hasil atau sehebat apa pekerjaan, namun jauh lebih berharga proses yang dijalani. Pematangan mental seseorang bukan diperoleh di bangku sekolah atau kuliah. Melainkan buah dari tempaan pengalaman, saripati dari jatuh bangunnya usaha serta ketegaran menelan butir per butir pil pahit kegagalan. Dengan sendirinya, pribadi tangguh dan jiwa besar terbentuk kokoh.

Sayangnya, harapan berlebihan sering menyisakan luka yang teramat perih. Saat wisuda sangatlah gagah. Apalagi menyandang prediket cum laude dan menggondol nilai menakjubkan. Seolah-olah dunia sudah berada dalam genggaman.

Hanya saja tawa cuma bertahan seminggu usai menjujung toga. Setelah itu tak ada lagi ucapan selamat plus pandangan kagum, kecuali pertanyaan menusuk hati, "Apa kegiatan atau pekerjaanmu sekarang ?"

Tenggorokan terasa kelat, tidak ada jawaban yang membahagiakan batin. Minggu selanjutnya sindiran yang datang, berikutnya malah cemoohan. Sesudah itu tiada lagi yang peduli.

Dahulu ia aktivis jempolan, sang orator ulung yang mengundang decak kagum. Kemana-mana disapa bahkan dipuja sebagai pahlawan. Sekarang hukum alam berlaku, segalanya berputar dan harus ada pergantian. Mustahil terus menerus jadi pengurus organisasi.

Arena kampus jauh dimata, dan kini ia terdampar di medan yang sesungguhnya. Di hadapan terbentang belantara kehidupan yang jauh beda dengan dunia akademis. Bertumpuk rumus yang hafal luar kepala seperti tiada guna. Secepat kilat kegamangan menerjang, hingga ia linglung dalam bingung. Sekarang mana puja-puji dahulu ?
Mana ? Mana ? Mana ?

Ternyata orasi saja tidak bisa meluluhkan kerasnya persaingan hidup. Ijazah yang dibanggakan justru seperti kehilangan harga diri. Dunia nyata tidak terpesona melihat nilai tinggi, lebih memerlukan skill dan pengalaman. Parahnya, dahulu proses pematangan tersebut tidak pernah mau dijalaninya.

Seketika alam terasa menjadi pisau tajam. Ia merasa kalah dan dipermalukan oleh nasib. Padahal nilainya tinggi, padahal ia laki-laki, ikhwan lagi. Kacian deh loe !

Sementara akhwat-akhwat itu tamat juga dengan nilai baik. Bedanya kesibukan kian menumpuk usai wisuda; rental komputernya maju pesat, pelanggan salesnya bertambah, usaha kaki lima juga berkembang, warung kecilnya sudah terkenal, cita rasa kue-kuenya makin diminati. Bekerja tidak lagi mengayuh sepeda bekas, sudah punya sepeda motor walau masih kredit. Proses yang berat dahulunya mulai membuahkan sesuatu yang manis. Manis sekali !

Sebab mereka tabah menjalani proses, tangguh menghadapi seleksi alam. Sehingga tidak perlu cemas menatap masa depan, karena sudah menempa diri jauh-jauh hari.

Ya, hidup membutuhkan Proses ! Proses ! Proses !

Cermin Kebenaran

Begitulah susunan kejadiannya. Diawal hanya ada Allah sendiri. Lalu Ia menciptakan arsy-NYA diatas air. Setelah itu Ia menciptakan pena. Kemudian dengan pena itulah Ia menitahkan
penulisan semua makhluk yang akan Ia ciptakan dialam raya ini:
langit, bumi, malaikat, manusia, jin hingga surga dan neraka.

Dengan pena itu juga Ia menitahkan penulisan semua kejadian dengan urutan-urutan dan kaitan-kaitannya pada dimensi ruang dan waktu yg akan
dialami makhluk-makhluk-NYA.

Tampaknya dengan sengaja Ibnu Katsir mengawali bahasan sejarahnya dalam AWAL dan AKHIR dengan cerita tadi. Tiba-tiba saja sejarah terbentang sebagai sebuah cerita penciptaan tanpa henti. Dari Allah awalnya, dan kelak kesana akhirnya. Tapi jika Allah tdk mendapatkan manfaat dari ciptaan-ciptaan-NYA, maka tdk ada yg dapat menjelaskan motif dibalik cerita kehidupan itu kecuali hanya satu kata: CINTA....!

"Maka", kata Ibnul Qoyyim dalam TAMAN PARA PECINTA, "semua
gerak di alam raya ini, dilangit dan bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta." Dengan dan untuk itulah alam ini bergerak.
Kehendak dan cintalah alasan pergerakan dan perhentiannya.

Bahkan dengan dan untuk kehendak dan cinta jugalah alam ini diciptakan. Maka tak satupun
makhluk dialam ini yang bergerak kecuali bahwa kehendak dan
cintalah motif dan tujuannya.

Sesungguhnya hakikat cinta adalah gerak jiwa sang pencinta
kepada yg dicintainya. Maka cinta adalah gerak tanpa henti. Dan inilah makna kebenaran ketika
Allah mengatakan: "DAN TIADA KAMI MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI SERTA SEMUA YANG ADA
DIANTARANYA KECUALI KEBENARAN." (QS. Al-Hijr:85)

Jadi cinta adalah makna kebenaran dalam penciptaan. Cinta tidak tumbuh dalam hati yang dipenuhi keangkuhan, angkara murka dan dendam. Cinta melahirkan pengakuan dan
kerendahan hati.

Cinta adalah cahaya yang memberikan kekuatan penglihatan pada mata hati kita.
Begitulah cinta akhirnya membimbing tangan Abu Bakar, Al Najasyi, atau Cat Steven kepada
Islam. Begitu juga akhirnya keangkuhan menyesatkan Abu
Jahal, Heraklius, atau Saddam Husein.

Cinta dalam jiwa, serupa penglihatan pada mata.
Pengetahuan bahkan bisa menyesatkan kalau ia tdk dibimbing oleh kelembutan tangan cinta. Itu kebutaan, kata Enstein. Sebab ia tidak melahirkan
pengakuan dan kerendahan hati.
Itu juga menjelaskan mengapa ilmu pengetahuan moderen justru
menjauhkan Barat dari Tuhan.
Disana cinta tidak membimbing pengetahuan.

Maka dengan penuh keyakinan kita katakan bersama-sama

Pengetahauan bersemayam dalam pikiran
Tempat cinta ialah hati yang sadar-jaga
Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta
Adakah itu hanya permainan sulap si Simiri
Pengetahuan tanpa Ruh Kudus hanya penyihiran.

Di Indonesia Salahnya Kodok

Apa yang akan anda katakan jika anak anda menangis karena terjatuh ? Biasanya orang tua di Indonesia menyikapinya dengan menyalahkan  kodok, LHO KOK BISA ? Ya begitulah Ideologi yang ditanamkan oleh  orang tua di Indonesia pada umumnya. Manakala anaknya terjatuh  kemudian menangis ia akan mengatakan “Ouw, salahnya kodok.
Kodoknya nakal,ya ? anak ibu nggak salah, dijatuhkan. Huh nakal kamu kodok. Entah kata-kata apa lagi
yang di lontarkan untuk melepaskan kekesalan.

Kodok masih untung. Yang kasihan ayam, kalau kebetulan ia sedang mencari makan disaat yang sama ada anak terjatuh ketika belajar berjalan,  maka orang tua si anak yang terjatuh akan melempar ayam sambil  berkata,”Uh, ayamnya nakal. Sudah ibu lempar biar kapok.

Lalu bagaimana dengan keluarga yang berada di kota besar konon keluarga tersebut memiliki pendidikan tinggi, dimana kodok dan ayam sulit dijumpai disekitar rumahnya. Siapa yang disalahkan ? Pasti sang anak juga sulit membayangkan seekor kodok yang suka mencelakakan  dirinya. Maka yang menjadi rekan senasib kodok dan ayam adalah,
…silahkan anda tebak sendiri.

Kalau sepulang kantor anak mengadukan tangannya yang lecet karena jatuh, didepan anak orangtua tersebut berteriak,”Bi (sebutan untuk pembantu ),  kenapa Andi jatuh. Diperhatikan dong, Bi. Yang benar kalau menjaga anak-anak.”
Marilah sekilas kita lihat ke belahan dunia lain seperti di Israel , disana jika didapati anak-anaknya menangis maka sang orang tua akan menakut-nakuti dengan ancaman akan menjualnya jika terus  menerus menangis.

Dan biasanya anak tersebut akan diam setelah mendengar kata”akan dijual”.

Dampak dari ideologi yang ditanamkan adalah bangsa ini terkenal dengan kelicikan dalam berpolitik dan begitu pula di Sovyet Rusia. Di Amerika orang tua tidak melibatkan diri mereka secara langsung dalam proses sosialisasi politik, keterlibatan mereka di keluarga secara tidak langsung pada saat acara makan bersama di dalam keluarga mereka.
Selebihnya, sosialisasi politik lebih banyak dilakukan oleh sekolah.Dan bangsa ini terkenal sekali dengan kebebasannya dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka bebas memilih sesuai dengan keinginannya.

Berbeda lagi dengan orangtua di Jepang. Orang tua di Jepang menanamkan nilai-nilai kekesatriaan, nilai sportivitas yang tinggi sejak masih kanak-kanak. Bila menghadapi anak mereka menangis,  mereka akan mengatakan ” buat apa menangis ?” Setelah itu mereka  menjelaskan. Dari pendidikan keluarga macam ini, di dada anak-anak

Jepang selalu tertanam rasa ksatria. Keadaani ni mengakibatkan anak-anak Jepang selalu berhati-hati, harus berani, dan tidak cengeng. Sikap ini memilikidampak positif yang sangat besar setelah mereka dewasa.

Iran lain lagi. Di negara ini orangtua bersama-sama pemerintah mengajarkan kepada anak-anak kerinduan untuk mati syahid dan  menjalin persaudaraan dengan seluruh umat Islam dunia. Anak-anak  dikumpulkan untuk mendengar kisah-kisah perjuangan para syahid.  Mereka mendengarkan dalam suasana yang heroik satu demi satu cerita sampai akhirnya
mencapai puncak kisah, keharuan yang didambakan dan kebahagiaan yang dicita-citakan yaitu mati syahid.

Dari negeri ini muncullah nama-nama seperti Salman Al-Farisi tokoh pejuang,Imam Nasa’i, Imam Al-Ghazali, Khwajah Nashiruddin al-Thusi maupun Imam Muslim yang merupakan ulama besar dan tokoh-tokoh  kemanusiaan yang berjuang untuk Islam. Selain itu muncul pula  orang-orang jenius berbakat yang tidak ada bandingnya seperti Abu  ‘Ali Sina ( Ibnu Sina ), al-Farabi,Abu Raihan al-Biruni, Ahli  matematika Khayyam, Sadr Muta’allihin ( mula Sadra ), Jalaluddin  Rumi dan ratusan ahli fisika, matematika, sejarawan, ahli  geografi, dokter, penulis filosof dan Sufi.

Kembali lagi kepada orangtua di Indonesia, apa yang dihasilkan dari didikan yang diberikan tersebut.

Jika anak-anak Jepang belajar menjadi samurai, anak-anak”kodok”belajar mencari alasan.

Anak kodok tidak berani tidak berani mengakui kesalahan dan selalu berusaha mencari-cari pembenaran jika berbuat salah .

Jika anak-anak Iran sejak kecil dididik merindukan mati syahid, dengan cara bersungguh-sungguh berjuang sebagai apa pun untuk  Islam, anak-anak “kodok” terdidik untuk menikmati hasil perjuangan orang lain. Anak”kodok” mengembangkan sikap / perilaku yang suka menyalahkan sesuatu  karena ia tidak mampu melakukan , perilaku suka mencari-cari kesalahan suatu diluar dirinya agar ia memiliki cukup alasan untuk memafkan dirinya sendiri.

Kita mengembangkan sikap tersebut jika kita menyalahkan korban bencana alam hanya lantaran kita dan sekaligus mau menolong  mereka, kita menyalahkan orang lain yang tidak membantu karena  mereka tak”sebaik kita”

Seorang anak menyalahkan orangtuanya yang tidak mengikuti les matematika ketika ia mendapatkan nilai rendah. Remaja menyalahkan bapaknya yang tidak membelikan motor ketika bakatnya “tidak berkembang”.  Sedang wali murid menyalahkan guru yang “pilih kasih” ketika anaknya tidak menduduki  ranking satu, padahal ini tidak mencerdaskan anak. Ia berkata kepada suaminya, ” Pa, tolong datangi gurunya si Andi itu, Pa.  Kasih oleh-oleh  yang pantas, biar dia perhatian sama si Andi.”

Dari uraian diatas, mari kita melihat ke diri kita masing-masing apa  yang sudah kita lakukan dan berikan kepada anak-anak kita. Semoga  Allah mensucikan jiwa kita dan mengaruniakan kepada kita anak-anak yang sholeh & sholehah.

Senin, 13 Mei 2013

Love of My Life

Hmm,,, entahlah,,, kata orang cinta mesti berkorban. Kata orang cinta tak harus memiliki.
Pernah kupaksakan walau tak sejalan meski ku tau ku salah.
Sekarang adalah sekarang, aku tak takut apa-apa lagi dan ku mencoba untuk melupakan.
Aku tidak menyerah, aku hanya menepi, memberi ruang untuk waktu.
Mungkin pendewasaan adalah sikap menerima bahwa terkadang keadaan berjalan di luar sesuai kehendak ku.

Semuanya ku biarkan berjalan seadanya.
Tuhan, ku biarkan Kau yang bentuk pribadiku, perbesarlah sabarku dengan memberikan tantangan yang tak melebihi batas kekuranganku.
Dear God, berikanku hati yang mampu untuk berharap, namun tetap menyediakan kesiapan untuk menerima kenyataan yang berbeda dari harapan.
Ya Rabb, aku hanyalah manusia yang tidak bisa apa-apa. Bantu aku menjalani apa yang telah engkau rencanakan.
Buatlah aku paham ya Tuhan bahwa ketika Kau menolak permintaanku itu karena Kau sedang mempersiapkan kado yg lebih besar dan indah untuk ku.

Jika mencintainya adalah suatu kesalahan, maka apakah dengan berhenti berharap adalah suatu kebenaran...?
Jika mencintainya adalah dosa, maka apakah dengan berusaha membencinya adalah kesucian...?
jika mencintainya adalah suatu kesalahan, maka aku tak pernah ingin menjadi benar...?
Jika cinta ini ketabahan, maka aku akan sabar menunggunya tersadar bahwa selalu ada aku untuk di cintainya.
Tuhan, ini aku membawa hati yang hancur, bantu hamba untuk mengenal cinta lagi.

Aku berdoa untuk semua hati yang menangis karena kepahitan hidup. Bantulah kami Tuhan utk menjadi manusia-manusia yg terus berharap kepada-Mu. Ku yakin segala sesuatu pasti indah pd waktunya .
Terima kasih Tuhan selalu ada untuk mengangkatku walau tlh berkali-kali aku terjatuh.

Apakah cinta yang membahagiakanmu, sesuatu yang ingin ku miliki...
Ku ingin bahagia denganmu atau tanpamu.

Love of my life, you've hurt me. You've broken my heart and now you leave me.
Can't you see..? Bring it back,,, don't take it away from me because you don't know what it means to me.
Love of my life don't leave me. You've taken my love and now desert me. Can't you see? Bring it back,,, don't take it away from me because you don't know what it means to me.

Kamis, 09 Mei 2013

Baju-Baju Yang Menipu (Kisah Lahirnya Stanford University)

Suatu siang yang panas, seorang wanita yang mengenakan baju pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University. Dengan maksud ingin bertemu pimpinan Harvard University.
Ketika sampai disana, sang sekretaris dari Universitas itu langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu dengan Pimpinan Harvard, bisakah..?”, kata pria tua itu dengan lembut. Dan sang sekretaris itupun menjawab dengan cepat “Maaf Pak, Beliau sangat sibuk hari ini,”
Dan istri pria tua itupun menyahut “Oh, ya kalau begitu Kami akan menunggunya,” 
"Silahkan.." jawab sekretaris yang cantik itu.
Dan selama 4 jam sekretaris itupun mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa
pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat untuk menunggu dan pergi. Tapi kenyataannya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk
melaporkan kepada sang pemimpinnya.
“Maaf Pak, mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka pasti akan pergi,” katanya sang sekretaris pada Pimpinan Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang yang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.
Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.
Melihat orang yang ditunggu-tunggunya sudah muncul wanita tua dan pria tua yang tampak letih itupun berkata dengan mata berbinar kepada pimpinan Harvard, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia kuliah di sini. Tapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Jadi maksud kami kesini Tuan adalah untuk mendirikan sesuatu untuk tanda memperingati anak kami yang meninggal, adakah tempat di kampus ini?”  permintaan orang tua tersebut.
Tapi sepertinya Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh sedikitpun, bahkan wajahnya  menjadi merah dan dia tampak terkejut dan berkata kasar kepada orang tua tadi.
“Maaf Nyonya, kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang Harvard yang meninggal dunia, kalau kita lakukan itu tempat ini sudah akan seperti pemakaman.”
Mendengar hal itu, wanitu tua itupun menjelaskannya dengan cepat “Oh, bukan itu makudnya Bapak kepala,Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami hanya ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang Pemimpin Harvard mulai berpikir, dia manatap sekilas pada baju pudar serta pakaian usang yang mereka kenakan dan kemudian menjawab “Sebuah gedung?! hehehehe, Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung disini ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk membangunan fisik gedung ini saja.” teriak sang pimpinan Harvard.
Untuk beberapa saat sang wanita tua itupun terdiam dan Pemimpin Harvard itupun senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.
Beberapa saat, wanita tua itu menoleh kepada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminyapun mengangguk. Sedangkan wajah sang Pemimpin Harvard University sudah mulai tampak kebingungan.
Akhirnya Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, dan di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS saat ini.
Classy People, seperti pimpinan Harvard tadi, kita terlalu sering silau oleh penampilan, padahal baju hanyalah sebuah bungkusan sedangkan apa yang disembunyikannya kadang sangat tak ternilai. Jadi janganlah terlalu abai karena baju seringkali menipu kita. Baju hanyalah kulit kedua yang membungkus jasad dan hati kita.

Korupsi Hantui Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan 2013
















Perubahan-perubahan untuk lebih maju memang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia, terutama perubahan sistem pendidikan.
Namun, sepertinya korupsi hantui pelaksanaan kurikulum Pendidikan 2013 yang akan diberlakukan pada tahun ajaran baru Juli mendatang. Hal itu disebabkan oleh besarnya dana yang akan digunakan pada pelaksanaan kurikulum pendidikan 2013 sebesar 2,49 triliyun rupiah. Dana sebesar itu pastinya akan menarik perhatian dan menjadi peluang emas bagi para pelaku korupsi di Indonesia.

Melihat materi perubahan yang pertama kali akan diterapkan pada tingkat Sekolah Dasar, sepertinya perubahan kurikulum pendidikan 2013 tersebut lebih baik. Coba kita lihat kurikulum sebelumnya, dimana anak kelas satu SD harus dijejali oleh sekian banyak mata pelajaran. Padahal setingkat kelas satu SD itu adalah taraf pengenalan pada pola belajar, bukan pada tingkat lebih tinggi seperti menghafal. Jujur saja, saya sempat bingung ketika melihat soal testing setingkat kelas satu yang modelnya terpadu. 

Jangankan menjawab pertanyaan, membacanya saja pasti bingung dan akhirnya sang guru memberi tahu isi jawabannya. Ini fakta yang terjadi pada adik saya sendiri. Nah, pada kurikulum pendidikan 2013 untuk SD sepertinya sangat cocok. Siswa tidak dipaksakan untuk jadi penghafal atau penyontek. Pada kurikulum pendidikan yang baru , khususnya untuk SD sepertinya mengedepankan nilai etika dan budi pekerti yang lebih banyak dibanding kurikulum sebelumnya. Ini akan berdampak sangat baik bagi mental anak pada tingkat pendidikan selanjutnya.

Indonesia memang perlu perubahan pada sistem pendidikan. Disanalah tempat asal generasi berikutnya dalam membangun negeri ini dan generasi itu nantinya akan menentukan maju atau mundurnya bangsa Indonesia kedepan. Semua itu akan tercapai dan mungkin pendidikan Indonesia nantinya tidak lagi seperti kalkulator, dimana pencettombol ini dan itu lalu keluar hasilnya. Saya yakin sistem kurikulum pendidikan yang 2013 akan sukses, bila diawali oleh kebijakan bersih berbagai pihak dan dilaksanakan dengan cara-cara yang bersih pula. Bersih dari unsur pemanfaatan seperti yang sudah-sudah dan bersih dari praduga buruk kaum pendidikan yang biasa dimanjakan.

Saya tidak melihat buruknya kurikulum pendidikan 2013 mendatang, kecuali celah bagi para tindak korupsi yang telah menjadi hantu dan bukan saja menghantui pasti tergiur melihat anggaran sebesar 2,49 triliyun rupiah itu. Disinilah nanti yang akan memporak-porandakan sistem kurikulum pendidikan 2013 yang sebenarnya baik jadi hancur berantakan. Bahayanya lagi adalah bila kurikulum pendidikan 2013 adalah cetusan para hantu untuk merampok dibalik niat baik dari sistem pendidikan 2013. Boleh dong berpendapat demikian, siapa sih yang ga tau cara kerja birokrat saat ini, mana maucape tanpa fulus?

Sebenarnya bukan kurikulum pendidikan 2013 saja yang rentan tindakan hantu korupsi, sebelum-sebelumnya sudah banyak dan biasa di kalangan kita. Satu hal saja yang mungkin tidak pernah kita tanya seperti apa yang pernah terjadi pada saya pribadi, kemana larinya uang iuran peserta didik baru (IPDB)? Kalau dipikir-pikir, gedung dan kelengkapan sekolah, pembayaran gaji , buku-buku, dana bantuan dan lain sebagainya semua pemerintah yang menyediakan (khusus sekolah negeri). Lalu untuk apa sebenarnya uang IPDB itu atau SPP dan pungutan lainnya? Semua cuek, slow dan bungkam seribu bahasa! Apa uang spp itu disetorkan ke pemerintah? Nah, kalau disetorkan berarti pemerintah kita, terutama pemerintah daerah pasti akan kaya. Itu satu contoh yang mungkin dilupakan dan bukan terlupakan, kalau sistem pendidikan di Indonesia ini kurikulum manapun belum ada yang bebas dari korupsi.

Dari sisi pendidik, perubahan kurikulum 2013 sepertinya bukan perubahan besar-besaran yang merombak tantanan atau kemampuan guru sebagai pendidik, apalagi mengurangi jumlah alias pemecatan. Bila dicermati lebih dalam, kurikulum 2013 yang akan datang ini bertitik berat pada akhlak dan etika dasar dalam pendidikan nasional mendatang. Ehm, mungkin sadar atau tidak, kita semua kalau mau bicara jujur sudah banyak bergeser dari akhlak dan etika. Korupsi bukan lagi tindakan haram, tapi sah-sah saja karena semua melakukannya, termasuk kita-kita ini. Jangankan ada kesempatan, sempit saja disempat-sempatkan untuk korupsi! Masa kita tidak malu melihat negeri ini selalu menempati ranking teratas perihal korupsinya?

Saya tidak tahu penolakan yang terjadi belakangan pada rencana kurikulum pendidikan 2013 itu, karena kurikulumnya salah atau karena malas. Malas dalam arti, mereka yang menolak  tidak terbiasa kreatif, malas dan terlalu manja dengan sistem kurikulum sebelumnya. Padahal kurikulum pendidikan 2013 mendatang itu bedanya hanya pada waktu yang lebih panjang dan materi pelajaran lebih sedikit, lalu dimana letak penolakannya kecuali si penolak itu malas atau bermasalah. Atau bisa jadi penolakan itu ada penyulutnya, hingga nantinya ketika dilaksanakan terdapat lubang-lubang besar dan gagal. Ketika kacau para hantu bekerja menguras sekering-keringnya, lalu berlenggang pergi tanpa diketahui. Ya, seperti kisruh UN 2013 yang baru saja terjadi. Apa iya tidak ada dalang atau hanya murni akibat ulah hantu korupsi percetakan atau Kemendikbud? Apalagi didekat-dekat pemilu, biasalah hal-hal aneh terjadi di Indonesia. Jadi sekarang ini korupsi sudah jadi hantu dan bukan lagi kata kiasan.korupsi hantui ini dan itu.

Sepertinya perubahan kurikulum pendidikan 2013 tidak separah tahun 1978 ketika paman saya harus menyelesaikan  satu tingkat pendidikan dengan waktu 1,5 tahun, hanya waktu belajar ditambah dan pengurangan materi pelajaran bukanlah hal memberatkan. Dari sisi siswa tidak ada yang dirugikan, kecuali para pendidik harus menambah waktu mengajarnya dan meningkatkan kreatifitas sesuai dengan tingkat pendidikannya.  Untuk itu tidak perlulah gembar-gembor menolak dengan alasan ini dan itu, bila ujung-ujung hanya karena malas dan terlalu manja. Bagaimana siswa akan berpikir posisitf, bila pendidiknya saja berpikir negatif? Kita harus berpikir positif! Biarkan hantu korupsi mendekat, lalu halau si hantu bila ada didekat kita dan jebloskan kedalam lubang sepiteng..

Hal yang harus diwaspadai hanya satu, yaitu cegah keberadaan hantu korupsi dana anggaran perubahan kurikulum pendidikan 2013. Awasi dan kawal ketat sistem kurikulum pendidikan 2013 yang akan berjalan, dan tidak menggunakan momentum perubahan sebagai kesempatan untuk korupsi. Bapak-bapak atau ibu-ibu koruptor dimana pun berada, mohon tinggalkan lahan pendidikan sebagai lahan korupsi! Entah itu anggaran pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun anggaran yang dibuat di sekolah-sekolah. Kita haurs maju dan hantu korupsi harus kabur dari dunia pendidikan, terutama hantu pelaksanaan kurikulum pendidikan 2013. Janganlah korupsi dirubah dari kebiasaan menjadi budaya, karena pelakunya adalah orang-orang berpendidikan dan berkebudayaan! Ayo kita cegah korupsi hantui pelaksanaan kurikulum pendidikan 2013!