Rabu, 27 Maret 2013

Fans


Jika ada yang mengira bahwa ada yang lebih berhak dicintainya selain Allah, berarti dia belum mengenal Allah.

Apakah benar perempuan diciptakan untuk mengagumi..? Entahlah, belum ada yang berani menyimpulkan secara pasti. Kendati demikian fakta lapangan akan berbicara lebih banyak. Lihatlah jika selebritis hadir, cewek-cewek ABG menyambutnya histeris berat. Jerit-jeritan melengking selangit, dilengkapi acara menguber-uber idola, pelukan dan ciuman juga merajalela.

Acara lupa diri itu dilengkapi dengan aksi menangis bahkan pingsan segala. Lebih dari itu, beberapa diantara mereka harus rela melepaskan nyawa satu-satunya demi sang pujaan. Kematiannya juga amat tragis, terinjak-injak saat mengikuti konser.

Gejala membabi-buta tidak begitu kental dikalangan laki-laki. Kalaupun mengaku sebagai fans, tapi lebih kalem dan terkendali. Dalam soal histeria, perempuan agaknya jauh lebih ganas ketimbang pria. Bisakah disimpulkan perempuan gampang terpesona..?

Paranya, kasus ngefans terlanjur dipandang lumrah oleh budaya sekarang. Bahkan bisa menjadi suatu keharusan jika tidak ingin disebut ketinggalan zaman.

Namun masalahnua akan berbeda kalau akhwat yang ikut-ikutan ngefans. Sosok tenang yang menyejukkan, tiba-tiba saja jadi kecentilan. Turut serta menjerit, menguber-uber dan menangis rindu.
Bayangkan..!

Mereka yang selama ini dipandang sebagai representasi ideal seorang muslimah ikut terkontaminasi virus hati. Lantas dimanakah keteguhan azzam yang selama ini terpancang di dada..? Tonggak istiqamah yang sejauh ini kukuh menghadang gelombang perjuangan, akhirnya terkulai oleh gamparan kekaguman.

Malangnya, kekaguman itu lepas dari nilai-nilai idealis sebagai pengusung panji-panji kebenaran. Kriteria shaleh, mental yang baik, kepintaran atau ketawadhu'an sudah lama tesingkir. Sisi-sisi jasmani seperti, ketampanan, kemerduan, kerapian atau kemapanan menjadi target terdepan.

Aduhai, umat islam juga punya selebritis. Hati para akhwat sudah disesaki ikhwan-ikhwan keren. Selanjutnya pemuda muslim lebih terobsesi menjadi boy band, group band, nasyider ketimbang da'i apalagi mujahid. Olah suara resikonya sedikit, lekas dikenal dan dikagumi lawan jenis. Lambat laun ia menjadi idola yang mengoleksi fans tersendiri.

Sementara dakwah dan jihad hanyalah pematang bertabur onak duri, jatuh bangun berjuang tapi tak dikenal orang.Tiada puja-puji atau histeria, malahan bisa dijebloskan ke penjara atau dibunuh diam-diam.
Bahaya pesona..!

Hati akhwat sudah bergelimang syahwat, tak lagi suci karena berkubang bercak-bercak noda. Zikir sudah bercampur baur antara nama Tuhan dan nama seseorang. Ada sosok istimewa yang menghiasi do'a-do'a yang dipanjatkan. Ada harapan-harapan yang tak terucapkan kecuali rintihan lirih dalam hening di malam sepi.

Niat awanya berdakwah lewat musik, maka digelar konser akbar. Hasilnya bukan membuka jalan kepada Tuhan, malahan menuhankan makhluk ciptaan-NYA. Akhwat tak kalah ganas, pakai acara histeris segala. Tidak cukup rebutan tanda tangan, malah minta foto bersama dan minta ini itu segala. Apalagi kalau ganteng... ehm... ehm... ehm...
sambil teriak panggil namanya "Ariel"

Penyimpangan yang paling sering dalam setiap konser adalah ikhtilah (campur baur). Juga timbulnya rasa spesial penonton atau fans lawan jenis kepada personel tim maupun sebaliknya.

Mungkin awalnya diniatkan sebagai lahan dakwah di kalangan kaum perempuan. Belakangan malah membuat mereka terjerembab. Lambat laun banyak bunga yang mendaftar sebagai fans gelap. Tidak sedikit pula yang memproklamasikan diri secar terang-terangan, atau dengan malu-malu minta dinikahi..! 

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30) 

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. 24:31)

Tebar-tebar pesona akan menimbulkan ketertarikan, keinginan atau loncatan-loncatan harapan yang malang melintang di hati. Kemudian dengan mudah terbukalah pintu-pintu godaan setan. Keinginan kuat merebut sosok yang kelihatan sempurna. Niat untuk memiliki semakin ternoda, agar fansnya yang lain iri dan kalau perlu sampai patah hati.

Konser yang semula menjadi sarana mensyiarkan Islam berubah menjadi arena kebebasan yang kebablasan. Nasyid dibutuhkan agar dunia tahu bahwa Islam punya alternatif di antara hingar-bingarnya musik di jagad ini. Namun hingga membuat umatnya kehilangan izzah, pasti sudah keluar dari yang diharapkan.

Pepatah Arab menyebutkan, bukanlah gagah atau cantik dengan aksesoris yang menghiasi penampilan. Sesungguhnya gagah atau cantik sejati adalah orang yang rupawan ilmu pengetahuan dan budi pekerti.
Duhai pesona..!

Sampai kapankah kekaguman itu mampu bertahan..?
Singkat saja, menjelang keburukannya terkubak atau sampai datangnya idola baru. Karenanya jangan mau ditikam persaan sendiri.

Mengagumi pria dan mencuri perhatiannya sudah menjadi tabiat wanita. Kabarnya, pria tercipta untuk menaklukkan dunia, sedangkan perempuan terlahir guna menaklukkan hati laki-laki. Sayang, beberapa kaum Hawa sering menjadi korban perasaan sendiri. Ketika mengagumi luar biasa terpesona, seolah-olah tiada secuilpon kekurangan. Dia hanyalah manusia tetapi dibayangkan laksana malaikat. Saat sedikit kekurangan terkubak, ambruklah semua ketakjuban. Semua tentang dirinya hitam, jelek dan menjijikan.

Tetapi akhwat juga perempuaan biasa yang juga punya rasa. Kekaguman merupakan anugrah yang mustahil dibasmi habis. Terkadang kita membutuhkan sesuatu yang akan dipuja. Kemana idola hendak dicari..?

Manusia memang membutuhkan suri teladan yang layak di idolakan. Dan, posisi Rasulullah beserta orang-orang shaleh masih belum pantas disingkirkan. Secara jasmani mungkin tidak nampak, namun kepribadian unggulan mereka bisa ditiru. Kita tidak perlu repot-repot menciplak tampilan fisik, tapi sibukkanlah diri menyalin keindahan akhlaknya.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. 33:21) 

Ada alasan paling penting yang membuat Muhammad saw, belum tergoyahkan sebagai idola utama. Beliau satu-satunya manusia yang tingkah lakunya senantiasa diawasi dan dituntun langsung oleh Allah. Sehingga kesempurnaan kepribadian melekat pada dirinya.

Boleh jadi manusia biasa baik perangainya, tapi kekhilafannya juga tidak sedikit. Malahan tidak ada garansi bahwa dirinya diperingatkan langsung oleh Tuhan setiap terlanjur melakukan kekliruan. Jaminan mutu hanya ada pada diri Rasulullah.
Percayalah deh..!

Tidak ada komentar: