Senin, 11 Maret 2013

Cinta

Cinta adalah salah satu kata yang paling populer dipergunakan oleh umat manusia dan dianggap paling penting. Cinta termasuk "kata yang disucikan" yang ternyata banyak orang salah menggunakan dan memahaminya, karena pengaruh informasi dan budaya barat yang hina. 

Ketika disebut oleh masyarakat barat, maka kata itu seringkali dikaitkan dengan "hubungan dosa" pranikah, atau yang tidak berakir dengan pernikahan, atau hubungan antara pria dan wanita tanpa ikatan hukum. Bagi mereka, "ungkapan cinta", berarti melakukan perbuatan nista alias zina, bagi yang belum menikah. Atau berarti juga hubungan seksual dengan segala macam pemanasannya bagi yang sudah menikah. 

Masyarakat Barat sangat menolak apabila Anda mengatakan: I Love You (aku mencintaimu). Sebab kata-kata ini hanya boleh didengar dari kekasih atau pasangan suami istri. 

Demukianlah mereka mengaitkan kata yang agung ini berikut penerapannya dengan nafsu syahwat dan keinginan seksual. Akibatnya kata yang agung ini di tolak oleh mereka yang masih suci, karena kata ini dikaitkan dengan kekejian, perbuatan cabul, dan kebiasaan rusak, yang dipublikasikan puluhan ribu sinetron, film, nyanyian, dan pertujukan yang mengetengahkan pemahaman cinta ala barat. 

Cinta, bagi kita (muslim), lebih tinggi dan mulia dari itu semua. Itulah cinta yang menyebabkan manusia masuk kedalam surga atau neraka. Jenis cinta tertingi adalah cinta kepada Allah. Mencintai Allah merupakan salah satu pokok keimanan. Seseorang tidak bisa disebut sebagai orang mukmin sehingga mencintai-NYA. 

Dari cinta kepada Allah ini, munculah cabang-cabang cinta yang dikenal luas oleh masyarakat manusia: 

Pertama, cinta kepada kedua orang tua. Sebab Allah swt telah memerintahkan melakukan hal ini dan menghubungkanya dengan ibadah. Cinta ini terkait pula dengan Allah, dimana cinta ini tidak boleh dilanjutkan ketika kedua orang tua menyimpang dari jalan-Nya dan menempuh jalan setan-dan itu merupakan prinsip wala' 'loyalitas' dan bara' 'keterbatasan'. Allah swt berfirman dalam Qs. al-Mujadalah : 22 yang artinya: 

"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu adalah bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." 

Kedua, cinta kedua orang tua kepada putra putrinya. Cinta inipun terkait erat dengan Allah swt. Sebab diantara keimanan seseorang ialah ia akan menghentikan cinta ini, manakala putra-putrinya memilih jalan yang sesat. Sebagaimana halnya Allah telah memberikan pemahaman mengenai prinsip ini, yaitu prinsip wala' dan bara', kepada rasul-Nya, Nuh, ketika rasa kasih sayang seorang ayah tergerak saat melihat putranya yang kafir akan tenggelam, lalu berteriak, "Wahai Rabbku, sesunuhnya anakku termasuk keluargaku, dan bahwa janji-MU pasti benar." 

Maka Allah menjawab, "Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatanya) perbuatan yang tidak baik." 

Ketiga, cinta kepada istri. Cinta ini semakin melimpah manakala landasan cinta tersebut berdiri diatas landasan cinta kepada Allah. Cinta ini akan semakin bertambah setiap kali istri semakin dekat kepada Allah, dimana ia akan menjadi seindah-indah perhiasan dunia, sebagaimana yang diberitakan oleh nabi saw; 

"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah." (HR.MUSLIM) 

Keempat, cinta fillah diantara para kekasih-Nya yang saleh yang bukan karena faktor nasab (keturunan), melainkan karena kesamaan aqidah. Jika salah seorang merasakan cinta ini maka ia tidak segan-segan memberitahukan kepada saudaranya yang seiman: "Aku mencintaimu fillah." 
Dan saudaranya menerima dengan senang hati hadiah agung ini, dan menjawab dengan ucapan, "Semoga Allah mencintaimu, karena engkau mencintaiku karena-Nya." Ia tahu bahwa dia mencintainya tidak mencintainya untuk kepentingan duniawi. Karena itu, ia berdoa untuknya semoga Allah mencintainya.

Tidak ada komentar: