Rabu, 27 Maret 2013

Arjuna Terpasung Cinta

Jika yang ditargetkan seseorang, maka potensi gagal lebih besar. Namun bila yang diharapkan adalah kriteria, maka peluang jauh lebih terbuka.

Usai Maghrib, seorang ikhwan curhat. Raut gelisah diwajahnya terlukis jelas. Apalagi yang membuatnya keruh selain kata ajaib: cinta ! Virus merah jambu telah menyerbu hingga ke pembuluh terhalus. Panah asmara itu menancap pada seorang akhwat, Manda.

Dore cukup punya alasan hadirnya getar istimewa di dada. Dia terpesona dengan cahaya taqwa di wajahnya. Manda tergolong salehah, taat ibadah, hapal Al-Qur'an, tutur kata santun, pintar dan kebetulan pula cantik. Wajar dong rasa suka itu hadir..!

Sebagai pemuda yang mengerti agama, Dore tidak mau bermain hati. Pacaran pun dia anti. Tekadnya cuma satu: nikah dini keren..! Maka dengan jantan suara hati disampaikan pada bunga harapan.

Tidak ada masalah dengan Manda, dia muslimah tangguh dan merasa siap membina cinta yang halal. Hatinya sudah terbuka lebar, tapi tidak demikian dengan orang tua. Dalam pandangan mereka rumah tangga tidak bisa modal semangat doang. Harus ada kemampuan materi, setidaknya penyangga awal bahtera cinta.

Tentu saja syarat demikian terasa berat bagi sepasang merpati putih. Keduanya baru saja mencicipi bangku pertama perkuliahan, masih amat bergantung pada SLOT (Subsidi Langsung Orangtua Tunai).

Episode berikutnya gampang ditebak, orang tua menolak dengan alasan bijaksana, "Selesaikan saja kuliah, menikah nanti dipikirkan."

Sang akhwat manut pada ayah bunda. Agaknya dia berpikir juga realistis. Berbeda dengan Dore yang langsung lesu. Wajah gantengnya memucat, tubuh yang kekar lemas tak berdaya.

Cinta kemana kau pergi..?
Harapan telah terbanting. Dia yang dulu berkoar-koar cinta tak harus memiliki, sekarang kena batunya sendiri. Gampang diucapkan, pahit dilaksanakan. Benar adanya, bahwa mencabut duri dalam daging lebih mudah dari pada mencabut duri dalam hati.

"Ooooh... Tuhan, betapa berat rasanya cinta!" jeritnya pilu.

"Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangatlah cinta kepada Allah." (QS. Al-Baqarah:165)

Pernah juga Dore menenangkan hati, ingin mencoba bersabar beberapa tahun. Kalau studi selesai niat suci di sodorkan kembali. Sayang situasi dan kondisi belum berpihak pada impiannya.

Malahan beberapa ikhwa senior juga pasang ancang-ancang. Bedanya mereka terlebih dahulu memakai pendekatan ayah bunda. Alhasil lekas terlihat tanda-tanda lampu hijau segera menyala. Soalnya yang datang saleh, cakep, pintar dan mapan. Apalagi yang kurang..?

Seumur-umur baru kali itu Dore merasa sebagai pecundang. Kalah telak di tikungan pertama. Padahal selama ini ia sering di puja, anak pintar, berprestasi, cakep lagi. Lomba MTQ juara, liga sepak bola dapat piala, lomba bidang seni juga jago, bakat sastranya tak kalah mengagumkan.

Padahal ini cinta pertama dan (rencananya) terakhir. Cinta suci yang tidak segorespun ternoda oleh nafsu. "Kok susah banget mendapatkan?" ujarnya nelangsa.

Masalah ini terus berlarut-larut dipendam sendirian. Sementara pesona Manda terus membayangi, hingga segala kegiatan hidup tak enak. Makan tiada selera, tidur tak nyenyak, kentut tak lega, pokoknya kusut abis..!

Lebih tragis kuliahnya hancur-hancuran. Semangat belajarnya lenyap..! Bayangin aja, beberapa bidang studi hanya setor wajah dua kali di semester ganjil. Pada semester genap, tak seklipun duduk dibangku kuliah. Boro-boro kuliah, mendaftar saja tidak pernah. Pernah di panggil ketua jurusan, dinasehati panjang lebar dia malah ketiduran.

Keterlaluan..!
Hingga di Maghrib yang bersejarah itu, ia bertemu Bang Yohan. Senior yang nyantai tapi pengertian. Setelah Dore kehabisan bahan curhat, Yohan balik bertanya.

"Yakin dia muslimah yang baik?"
"Ya" Jawab Dore sendu.
"Percaya akhwat itu tergolong salehah?"
"Ya" kali ini matanya agak bercahaya.
"Yakin Manda bisa membuatmu bahagia?"
"Ya" wajahnya makin mantap.
"Kamu percaya bahwa Manda satu-satunya muslimah yang baik dan salehah di dunia ini?"

Dore tercenung.
"Ayo, jawab aja dengan tegas!" giliran Yohan yang meninggi.
"Tidak"
"Berarti masih ada yang lainkan?"
"Be. . . benar."
"Nah, Manda memang baik, salehah, cantik tetapi bukan satu-satunya terbaik di dunia. Kalau niatmu mendapatkan yang salehah, insyaallah akan disediakan oleh Allah. Tetapi jika tagetmu hanya Manda, itulah perkara yang berat dan sulit. Bahkan sampai menghancurkan dirimu sendiri."

Mumpung Dore sedang tercenung, Yohan menggempur habis-habisan.
"Sebenarnya wajar bila orangtuanya memilih bagi puteri mereka. Karena mereka ragu menitipkan amanah padamu. Kenaoa ragu? Sebab tanda-tanda untuk siap memikulnya belum kelihatan. Jangan salahkan bila mereka ragu, tapi tunjukkanlah siapa dirimu dengan melejitkan potensi dan raih prestasi!"

semula Dore berpikir akan di hibur, apalagi Bang Yohan punya empati tinggi. Ternyata dia malah dapat pukulan telak. Nasehat yang justru tegas dan membuat egoismenya terpojok.


Beberapa waktu Dore menghilang, kabarnya sedang menenangkan jiwa. Kemudian datang kembali menemui Bang Yohan. Bedanya, wajah sang ikhwan kembali menyala-nyala. Sesuatu yang pernah menghilang hampir setahun belakangan. Pada tausiah terakhir tentang motivasi hidup, terdengar ia berseru: allahuakbar!

Pendek cerita, Dore menemukan sesuatu yang baru dan tidak menyesali apa yang pernah terjadi. Malah bersyukur bahwa itu merupakan salah satu proses menuju kedewasaan. Meski pasona akhwat sangat kuat, syukurlah ia sudah bisa bangkit.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu mencintai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tiada mengetahui." (QS. AL-Baqarah:216)

Keputusannya sudah bulat segera pindah ke pulau seberang. Bukan lari dari kenyataan, tetapi pindah ke bidang studi yang amat disukainya, yaitu Bahasa Ingris. Seraya terus mengasah hati untuk cinta hakiki.
Selamat bejuang sobat..!

Tidak ada komentar: